Wednesday, November 14, 2007

Gara-gara jenggot

Ini ringkasan berita dari BBC minggu lalu.

Mohsin Hayat Ranjha dipensiunkan dini dari jabatan kepala squadron Angkatan Udara Pakistan karena menolak mencukur jenggotnya. Keputusan ini ditentang oleh partai Islam di parlemen Pakistan. Memelihara jenggot dianjurkan dalam Islam dan Mohsin dianggap korban pemerintahan Perdana Menteri Musharraf yang sekuler. Apa iya, peraturan bahwa pilot ga boleh pelihara jenggot adalah peraturan yang sekuler?

Menurut pihak Angkatan Udara, jenggot yang terlalu panjang menghalangi fungsi masker oksigen yang harus dipakai pada saat darurat atau pada ketinggian tertentu. Itu sebabnya kode etik penerbangan sipil dan militer menetapkan panjang maksimum jenggot para pilot. Jadi, bukan berarti tidak boleh memelihara jenggot tetapi tetap ada batasannya. Siapapun yang melanggar aturan ini akan terkena sangsi. Pihak Angkatan Udara menambahkan bahwa rupanya Mohsin bukan hanya menolak mencukur jenggotnya tetapi juga mengajurkan rekan sejawatnya untuk memelihara jenggot.

Sayang ya. Mohsin sebenarnya komandan yang cemerlang karirnya. Tapi gara-gara jenggot terpaksa ia harus diberhentikan. Hm ... seru juga kali kalau satu waktu pilot bisa berjenggot panjang, pakai kopiah dan baju koko. Wah, lebih seru lagi kalau Papua punya penerbangan sendiri dan pilotnya berkeras pakai pakaian daerah: koteka (bukan SARA lho ... sekedar khayali aja!)

Submitted by mia on Mon, 2006-04-17 13:08.
http://www.ppigroningen.nl/node/187

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home