Pak Menteri kawin lagi!
Kalau yang kawin lagi itu Rhoma Irama atau Hamzah Haz, hm … deja vu. Tapi kalau itu Yuzri Ihza Mahendra, nah ... ini baru berita, ini berita baru! Bukan apa-apa, saya lupa majalah apa yang pernah meliput sosoknya dan keluarganya. Sungguh, membaca liputan itu, langsung saya berkesimpulan … begitulah yang disebut rumah tangga yang bahagia lahir batin, dunia dan akhirat.
Jelas saja, berita perkawinan pak Menteri itu bikin begitu banyak orang kaget, termasuk satpam di Setneg yang mengetahuinya justru dari koran infotainment. Menurutnya, ia tidak melihat tanda-tanda pak Menteri ada “apa-apanya” karena keluarganya seperti biasa aja mampir di Setneg. Padahal, berita lain bilang bahwa sang Menteri sudah menduren (duda keren) sejak Desember 2005. Lho?
Ya, sutralah. Yang ingin saya bagi di sini justru foto yang diteruskan oleh mbak Ida. Foto itu diambil di pada saat pesta pernikahan pak Menteri dan Rika Kato, gadis ABG Filipino berdarah Jepang yang imut2. Foto itu jelas-jelas menunjukkan sumringahnya (bercampur pecicilan!) pak Menteri menggandeng isterinya. Bahagia luar biasa di wajahnya. Duilleh!
Foto itu mengingatkan saya pada kenangan penelitian di Soppeng, Sulsel. Orang Soppeng terkenal suka sekali berpesta. Waktu penelitianku habis tersita oleh undangan pesta kawinan, sunatan, lamaran, ulang tahun, naik rumah baru, diterima kerja di kantor desa, dapat pensiun dan banyak lagi. Semua dipestakan. Belum lagi hajatan usai pemakaman, 3 malam, 7 malam, terus sampai 1000 malam. Wadduh, luar biasa deh!
Ada teka-teki besar dari sekian banyak menghadiri pesta kawinan di desa itu. Menurut pengamatanku, wajah pengantin, baik pengantin laki-laki maupun perempuan selalu cemberut aja di pelaminan. Menjabat tangan tamu juga sambil cemberut. Kok aneh ya? Karena ini menarik sekali, akhirnya saya beranikan tanya ke ibu kost ku. Mengapa sih, bukannya gembira, pengantin kok malah cemberut?
Begini ceritanya. Menurut ibu kost ku, menikah itu harus dianggap sebagai sesuatu yang “dipaksakan” oleh masyarakat dan keluarga kepada setiap individu. Sebenarnya kedua mempelai itu “tidak mau” tetapi “diharuskan”, jadi … apa boleh buat. Makanya, yang harus ditunjukkan adalah wajah sedih karena merasa “keterpaksaan” itu. Mempelai yang senyum-senyum bahagia malah jadi omongan orang. Kegenitan, kegatelan, udah mau banget kawin tuh! Jelas, ini tidak baik bagi keluarga mempelai.
Begitulah perkawinan dipersepsikan di desa Donri-donri, Kec. Tajuncu, Kab. Soppeng 15 tahun yang lalu. Sekarang mungkin sudah berubah ya? Tapi kembali ke kisah foto Pak Menteri yang sumringah itu, jelas beliau itu bahagia dan tidak munafik (baca: pura-pura cemberut). Tapi, menurut orang Soppeng, wajah begitu itu ... “udah mau banget!”. Hehehe. Semoga abadi deh! Juga, semoga berdampak positif dalam mengemban tugas kementerian. Amin!
Salam,mia
P.S.Ayo, teman2 PPIG yang masih lajang. Jangan mau kalah sama pak Menteri!
Submitted by mia on Tue, 2006-09-19 08:08
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home