Wednesday, November 14, 2007

Tentang Perang Saudara di Iraq: "Curhat" Orang Awam

Setiap kali mendengar dan membaca berita tentang Iraq, selalu ada rasa frustasi. Ada yang bilang, perang saudara sudah dimulai. Ada yang bilang, “baru akan hendak segera langsung”. Sekarang ini sekitar 75 orang rakyat Iraq tewas setiap harinya. Terlalu! Belum lagi bangunan-bangunan sejarah warisan kejayaan masa lalu yang hancur. Sayang, ya.

Curhat ini saya buat karena selama ini saya sering bertanya-tanya (ada research questionnya) kenapa warga Shiah jengkel sama Amrik? Bukankah harusnya mereka senang karena selama pemerintahannya Saddam Husein, mereka adalah mayoritas yang terpinggirkan dan sekarang mereka terbebas dan mendominasi pemerintahan? Kemarin saya membaca tulisan Prof. Mark Katz dari George Washington University. Tulisannya bagus dan saya tergelitik untuk meringkasnya.

Secara garis besar, warga Iraq terbagi atas mayoritas Shiah, minoritas Sunni, Kurdis dan sekularis. Selama pemerintahan Saddam Husein, mayoritas Shiah dan Kurdis tertindas oleh minoritas Sunni. Pemilu beberapa waktu lalu dimenangkan oleh mayoritas Shiah, pastilah!

Namun campur tangan Amrik di Irak tidak berhenti setelah pemerintahan hasil pemilu terbentuk. Harusnya Amrik menghormati saja hasil pemilu itu. Tapi biasalah, Amrik tidak ingin demokrasi di Iraq berwarna tirani mayoritas. Ia ingin demokrasi yang akomodatif dan toleran yang memasukkan juga unsur Sunni, Kurdis dan sekuler Iraq. Selain itu juga, kalau Amrik mendukung mayoritas Shiah di Iraq, maka model pemerintahannya akan seperti Iran, yaitu Negara Islam Iran. Hm … kayaknya Amrik tidak mau ini terjadi. Makanya pemerintah Iraq dikilik-kilik untuk mengakomodasi minoritas. Jelas campur tangan ini tidak disukai oleh warga Shiah. Warga Shiah merasa Amrik lebih menyukai minoritas daripada mayoritas. Jadi sekarang, research question ku terjawab sudah.

Seandainya perang saudara betul terjadi maka warga Shiah dapat segera minta bantuan dari Iran yang juga musuh bebuyutan Amrik. Iran akan membantu Iraq untuk memenangkan perang saudara ini dan membentuk pemerintahan seperti di Iran. Semakin kuat tekanan Amrik memaksa model demokrasi akomodatif di Iraq, semakin besar kemungkinan Iraq minta bantuan Iran. Mana yang lebih optimal dalam perang saudara ini: warga Shiah Iraq didukung oleh Amrik atau diduduking oleh Iran? Outcomenya sama saja: Negara Islam Iraq yang didominasi oleh Shiah.

Nah, jika Amrik mendukung Shiah, maka warga Sunni yang tidak ingin Iraq seperti Iran akan minta bantuan dari negara2 Arab lainnya dan Mesir. Tapi extrimis Sunni juga sangat ditakuti Amrik karena mereka dekat dengan Al-Qaedah.

Sekarang tentang warga Kurdis yang sejak jaman Saddam Husein selalu berjuang untuk merdeka dari Iraq. Warga Kurdis indifferent terhadap pertarungan Shiah dan Sunni. Siapapun pemenangnya, mereka tetap tertindas. Perang saudara ini justru merupakan kesempatan bagi Kurdis untuk merdeka, kalaupun bukan secara de jure setidaknya secara de fakto. Tapi Amrik juga tidak suka dengan skenario ini. Ia ingin Iraq tetap bersatu dan bukan jadi tiga negara yang masing-masing mayoritas di negaranya: Shiah, Sunni dan Kurdi.

Jadi hal yang paling optimal bagi Amrik saat ini adalah mencegah perang saudara di Iraq. Makanya Amrik selalu sok optimis bilang belum ada tanda-tanda perang saudara. Tapi bagi yang tidak suka keberadaan Amrik di Iraq, yang optimal justru adalah perang saudara.

Bisa dibayangkan betapa njelimetnya kondisi di Iraq dan pusingnya Amrik sekarang ini. Kacian deh loh! Banyak maunya sih! Iraq memang seperti kotak Pandora dan Amrik begitu bodoh untuk membukanya. Mudah-mudahan ini kebodohan terakhirnya.

Submitted by mia on Sun, 2006-04-02 13:37
http://www.ppigroningen.nl/node/167

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home