Wednesday, November 14, 2007

Batavia yang Bukan Jakarta

Sepintas tertulis di milis PPI Groningen: Acara Wings-Esn adalah kunjungan ke taman Batavia di Lelystad. Begitu melihat kata Batavia langsung terlintas wajah Jakarta tempoe doeloe. Pasti menyenangkan berkunjung ke taman Batavia pada waktu lagi kangen tanah air. Tanpa membaca lebih rinci lagi saya dan suamiku mendaftar untuk ikut acara jalan-jalan yang diadakan oleh Wings-Esn. Wings-Esn adalah organisasi mahasiswa yang salah satu tujuannya mengatur kegiatan sosial budaya bagi mahasiswa internasional di Universitas Groningen.


Bukan Jakarta

Hanya setelah berada di lokasi barulah kami mengerti bahwa replika Batavia di Lelystad adalah replika kapal VOC dan bukan replika kota Batavia. Batavia adalah salah satu kapal VOC yang dibuat di Amsterdam. Pada tahun 1628 kapal itu berangkat pertama kalinya ke Timur Jauh untuk mengantar para prajurit Belanda, penumpang serta mengumpulkan rempah-rempah dari Indonesia. Perjalanan dari Eropa mengitari benua Afrika dan Tanjung Pengharapan di Afrika Selatan yang terkenal itu. Malang tak dapat ditolak, kapal Batavia yang mengangkut sekitar 350 orang itu tidak pernah mendarat di kota Batavia karena karam di perairan Barat Australia pada tahun 1629.


Politik di dalam kapal Batavia

Ada tiga tokoh yang berpengaruh di kapal Batavia: (i) Komodor Francesco Pelsaert, pejabat senior yang diutus oleh para pedagang rempah-rempah di Amsterdam; (ii) Kapten Adriaan Jakobszoon yang trampil dalam hal keteknisan kapal; dan (iii) pedagang bangkrut bernama Jeronimous Corneliszoon yang melarikan diri dari Belanda karena ide-idenya yang bertentangan dengan gereja.


Meskipun terkenal sebagai kapten yang trampil, tapi Adriaan Jakobszoon punya satu kelemahan: dia sangat suka perempuan. Di kapal itu juga ada seorang perempuan cantik bernama Lucretia Jans yang terang-terangan menolak cinta sang kapten karena ia berlayar ke Batavia untuk bertemu dengan calon suaminya di sana. Sementara itu sang kapten dan sang komodor sendiri nampaknya sudah tidak saling suka satu sama lain dari perjalanan-perjalanan sebelumnya. Kini mereka harus berada dalam satu kapal. Alangkah sulitnya.


Replica Kapal VOC BataviaMencari pertolongan ke Batavia dan pembantaian penumpangKetika pada akhirnya kapal Batavia karam di pantai Barat Australia dan 40 orang penumpangnya tenggelam, para penumpang yang selamat berhasil mencapai satu pulau karang yang ternyata tidak punya sumber air. Akhirnya, sang komodor dan kapten bersama beberapa orang anak buahnya berangkat dengan sekoci ke kota Batavia untuk mencari pertolongan. Perjalanan itu memakan waktu satu bulan.


Sementara itu, Jerenimous Corneliszoon yang masih berada di pulau itu serasa menjadi raja dari para penumpang dan dengan bebas ia menerapkan ide-idenya yang terlarang di Belanda. Dia dan anak buahnya membantai sekitar 125 orang penumpang dengan semena-mena. Di kerajaannya itu, dialah yang menjadi “Tuhan” dan menentukan nasib setiap penumpang. Beberapa prajurit berhasil meloloskan diri dari kekejaman Corneliuszoon dan berlayar ke pulau karang lain. Baru setelah dua bulan kemudian, komodor datang dan menyelamatkan para penumpang di pulau itu. Corneliszoon sendiri digantung atas semua kejahatannya.


Replika kapal Batavia

Saat ini sebagian dari kapal Batavia asli yang masih bisa diangkut keluar dari air tersimpan di museum Geraldton Maritim di Australia. Sementara itu, pada tahun 1985 sebuah proyek yang bertujuan membangun replika kapal Batavia dimulai di Lelystad, Belanda.
Ide pembuatan replika ini datang dari seorang ahli kapal tradisional bernama Willem Vos yang sudah sejak lama memimpikan ingin membangun replika kapal perdagangan abad ke 17. Mimpinya ini kemudian bisa terwujud setelah secara tidak sengaja beberapa ahli purbakala Australia mempersiapkan pengangkutan kapal Batavia ke museum maritim Australia. Mulailah proyek itu dicanangkan dan Willem Vos yang reputasinya bagus bisa meyakinkan banyak pihak untuk ikut membiayai proyek ini.


Proyek besar ini melibatkan 200 orang yang ahli dalam pembuatan kapal. Kapal Batavia ditiru persis dengan aslinya, termasuk juga replika sekoci yang membawa komodor Pelsaert ke kota Batavia. Pada tahun 1995 replika Batavia diresmikan oleh Ratu Beatrix.
Replika kapal Batavia sungguh menakjubkan. Tidak heran jika pembuatannya memakan waktu 10 tahun. Namun yang justru mengherankan adalah kapal Batavia yang asli sendiri bisa diselesaikan dalam waktu 1 tahun berkat keahlian dan ketersediaan bahan baku yang memadai. Ini merupakan bukti banyaknya keahlian jaman dahulu yang tidak dimiliki manusia abad modern.


Replika perahu pinisi?

Sepulang dari kunjungan ke Taman Batavia di Lelystad itu, saya bertanya-tanya. Bagaimana dengan Indonesia yang juga punya perahu pinisi dan sejak dulu kala adalah penjelajah samudra sampai ke Madagaskar? Kapan Indonesia punya profil seperti Willem Vos yang bisa mewujudkan kenangan tentang kejayaan masa lalu untuk ditonton oleh generasi masa kini?

http://www.ranesi.nl/zonapelajar/11294617/batavia_bukan_jkt060414

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home