Wednesday, November 14, 2007

Non-credible threat, Ancaman yang tidak perlu dihiraukan

Di milis PPIG ada pertanyaan dari Farhad mengenai rencana pengalihan cadangan devisa negara-negara Timteng dari USD ke EUR. Apakah rencana ini bisa jadi awal kejatuhan USD dan kemudian kejatuhan ekonomi Amrik?


Utang dong!

Pertama-tama harus digarisbawahi bahwa kekhawatirannya Farhad merupakan tanda-tanda bahwa yang bersangkutan adalah kolektor mata uang asing. Jadi, kalau aku lagi bokek, boleh dong utang, Had … hehehe. Berhubung riba dilarang dalam Islam, jangan pakai riba, ya. Berhubung lagi kita ini teman, boleh dong bayarnya ga usah buru-buru.


Perspektif makro ekonomi: portfolio manajemen

Dendi memberi pencerahan. Katanya, ini bisa jadi tanda-tanda keruntuhan ekonomi Amrik akibat defisit yang tinggi. Salah sendiri, terlalu berambisi mau jadi polisi dunia. Makan deh tuh perang! Selain itu juga, ada defisit perdagangan Amrik dengan China. Makanya, Amrik mati-matian menekan China melalui issue dumping.


Tapi Dendi juga bilang bahwa kalau ekonomi Amrik runtuh, kemungkinan besar ekonomi banyak negara juga ikut runtuh, termasuk juga ekonomi negara sekutunya Amrik di Timteng. Jelas, kalau banyak yang rugi akibat keruntuhan ekonomi Amrik tentu banyak juga yang berkewajiban mencegah keruntuhan ini terjadi.


Patut dicatat investor besar di Amrik banyak sekali datang dari negara-negara Arab. Makanya, hubungan Arab dan Amrik ibarat “benci tapi rindu”. Masing-masing pihak saling tidak suka tapi masing-masing pihak juga saling merindukan. Arab tidak suka Amrik tapi Amrik tetap ladang investasi petro-dollarnya. Mana mau negara Arab investasi di negara yang tidak stabil? Ga lah yaw … uang cari uang! Amrik juga tidak suka Arab tapi rindu minyaknya. Jadilah, it takes two to tango! (Catatan kaki: Tapi apa sih yang baru dari hubungan “benci tapi rindu” ini? Kayaknya Indonesia dan Malaysia, Jepang dan China, Inggeris dan Amrik juga begitu. Jadi, biasa banget deh).


Sulit membayangkan cadangan devisa serta merta dialihkan ke satu mata uang saja. Ibaratnya telur, cara yang paling aman justru tidak menyimpannya dalam satu keranjang. Dengan kata lain, yang menguntungkan adalah membagi cadangan devisa tersebut dalam beberapa matauang dan bermain-main disitu.


Perspektif game theory: ancaman tidak kredibel

Dalam teori permainan dinamik, ada yang disebut dengan non-credible threat. Sebagai misal, seorang bapak yang membaca dan anak-anaknya bermain. Karena anaknya ribut, bapak ini bilang, “Awas ya. Kalau kalian ribut terus, bapak lempar kalian ke luar jendela”. Kebetulan mereka tinggal di apartemen tingkat 20 (misalnya). Apa yang terjadi? Apakah kalau anak-anaknya betul ribut, sang bapak betul melempar mereka keluar jendela? Kata game theory, ini adalah ancaman tidak kredibel karena yang optimal bagi anak dan bapak adalah anak ribut terus dan bapak tidak melemparnya keluar jendela.


Masih ada contoh lain. Ingat waktu SBY didorong untuk merombak kabinetnya. PKS mengancam akan mundur dari koalisi kalau tidak diberi tambahan menteri dalam kabinet baru. Jelas, ini ancaman tidak kredibel karena SBY tidak menambah menteri dari PKS dan PKS tidak mundur dari koalisi.


Ada contoh lagi. Waktu Hammas menang pemilu, Amrik dan Eropah mengancam akan membekukan bantuannya. Kayaknya, ini juga non-credible threat. Tetap yang optimal adalah mereka membantu pemerintahan Palestina. Mungkin tidak dalam bantuan langsung tapi bantuan kemanusiaan. Mungkin dimedia massa saja disebut bantuan kemanusiaan tetapi di lapangan bisa dialihkan jadi bantuan untuk pemerintah. Hammas dan Israel sama-sama mengancam tidak akan berunding. Sabtu lalu, ada berita dari Radio Nederland: Hammas bersedia berunding dengan Israel.


Jadi, apakah ancaman pengalihan cadangan devisa ini juga non-credible threat? Sangat bisa jadi karena menurut perspektif makro, mengalihakan cadangan devisa kedalam satu matauang bukanlah solusi optimum. Jadi, Farhad, kamu ga perlu khawatir deh …hehehe.


Bagaimana dengan ancaman serangan udara Amrik terhadap Iran? Ini juga termasuk yang tidak perlu dihiraukan. Solusi optimal bagi persoalan nuklir Iran adalah cara diplomasi, kalau bisa pakai pihak ketiga. Apalagi Amrik sudah kalang kabut dengan Iraq dan Afghanistan.


Bisa salah prediksi

Jadi, ancam-mengancam itu biasa dalam politik dan ekonomi. Tapi bagaimana dengan ancaman bom bunuh diri? Apa kata game theory? Prediksi game theory tentang non-credible threat didasarkan pada asumsi para pemain yang rasional. Kalau pemainnya tidak rasional, game theory tidak bisa memberikan prediksi. Bom bunuh diri tidak pernah jadi outcome yang feasible. Ini karena dalam game theory, semua orang diasumsikan mencintai hidupnya dan tidak mungkin membunuh dirinya sendiri.


Jelas, game theory tidak berkaitan dengan urusan surga atau ideologi. Itu sebabnya, kalau ada pihak mengancam akan membunuh Ulil (misalnya) orang jadi takut. Ini karena ada persepsi bahwa orang yang mengancam itu bisa jadi bukan orang yang "rasional" versi game theory.
Kembali ke ancaman pengalihan cadangan devisa. Prediksi game theory, ini tidak perlu dihiraukan (dengan catatan pemainnya rasional). Kalau catatan itu dilanggar, jawabnya: “wanda” (wah … nda tau ya).


Salam,mia *)

*) lulus pas-pasan mata kuliah Game Theory, itu juga udah pakai ngulang (kacian deh loe!)

Submitted by mia on Tue, 2006-04-11 14:27 http://www.ppigroningen.nl/node/184

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home