Thursday, November 15, 2007

Ora et labora

Mungkin slogan berbahasa Latin dan Yunani ini bukanlah hal yang popular bagi kaum muslim. Mungkin juga banyak kaum muslim yang agak alergi dengan hal2 berbau Nasrani atau Kristiani. Tapi izinkanlah saya tetap menulis pendapatku tentang makna slogan ini.

Saya ingin memulainya dengan pendapat tentang kehidupan. Ada dua kehidupan. Kehidupan sebelum mati dan kehidupan sesudah mati. Yang pertama adalah hidup di dunia fana yang kita semua sedang jalani, sementara yang terakhir adalah kehidupan abadi bersamaNya. Tentu saja yang terakhir itu hanya dipercayai oleh mereka yang beragama, yang percaya pada Allah S.W.T.: bahwa padaNyalah kita semua akan kembali, dan bahwa dimana dan bagaimana kita sesudah mati tergantung pada bagaimana kita sebelum mati.Mana diantara kedua kehidupan itu yang lebih penting? Bagi yang beragama, jawabnya tentu kehidupan abadi itu. Saya ingat udztadku. Katanya, Rasulullah bersabda: hidup ini adalah jembatan menuju ke hidup sesudahnya. Maka janganlah kalian membangun istana di atas jembatan itu. Nanti lupa akan tujuan akhir itu. Sabda ini merupakan peringatan untuk tidak terbuai oleh hiasan2 dunia sehingga lupa akan akhirat.

Namun dilain kesempatan sang udztad juga berkata. Rasulullah bersabda, janganlah kalian menjadi miskin karena miskin itu mendekatkanmu dengan kekufuran. Tentu saja makna miskin menjadi sangat relatif. Tapi mari kita tidak berdebat mengenai ukuran akuratnya, melainkan sepakat bahwa yang dimaksud miskin disini adalah mereka yang tidak bisa hidup laik sehingga imannya dengan mudah tertukar oleh sebungkus mie siap saji, misalnya.

Bagi saya kedua sabda itu mengisyaratkan adanya keseimbangan antara dua kehidupan. Betul, akhirat adalah tujuan kita. Tapi dalam mencapai tujuan akhirat, kita masih dihadang oleh kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan. Artinya tujuan hidup sesudah mati (dalam konteks abad 21) makin diperberat oleh tugas2 dalam kehidupan sebelum mati.

Bagaimana mencari keseimbangan itu?

Dulu bekerja keras, sekarang bekerja keras dan bekerja cerdas. Khas kapitalis? Tidak apa2. Toh kapital itu ada macam2, bukan hanya finansial kapital tapi juga human capital, social capital, natural capital, physical capital. Jadi maknanya memang luas.
Dulu bekerja sendiri-sendiri, sekarang harus bekerjasama. Ibaratnya sapu lidi. Satu batang sapu lidi mungkin tidak ada gunanya. Tapi satu ikat sapu lidi, halaman rumahpun jadi bersih. Jadi, mari bekerja cerdas bersama2.

Kembali ke ora et labora, berdoa dan bekerja. Bagi saya, iman kita dan keyakinan kita terhadap kehidupan sesudah mati harus lebih dimaknai oleh kerja keras dan kerja cerdas secara bersama2 dalam kehidupan sebelum mati. Mari bekerja memerangi kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan sekarang juga. Insya Allah hal ini akan mendekatkan kita kepadaNya. Amin.

Submitted by Redaksi on Thu, 2005-10-27 03:07.
http://cafe.degromiest.nl/node/219

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home