Thursday, November 15, 2007

Surat untuk Ibu Rita Verdonk

Groningen, 13 July 2006

Ibu Rita Verdonk yang baik,Bersama ini saya kembalikan berkas persetujuan izin tinggal teman kos saya yang bernama Agnes Ardiyanti. Mungkin ibu bertanya-tanya, mengapa dikembalikan, padahal semua pelajar asing pengen cepat-cepat punya izin tinggal. Jawabannya singkat, kasihan deh loe, kecele! Agnes sekarang sudah di Indonesia.

Sebagai informasi, selama setahun belajar di Belanda, Agnes (dan juga temannya Laura) menderita banget karena statusnya ga jelas. Ada apa sih di kantor IND, kok urusan yang sepele jadi bertele-tele? Kalau perlu tenaga tambahan, kami bersedia deh bantu-bantu. Ga masalah kok.

Tapi bukannya kantor Ibu bisa menyelesaikan urusan kewarganegaraannya Hirshi Ali dengan sangat cepat. Ooo, mungkin pakai jalan tol ya bu? Dalam ilmu ekonomi, perusahaan yang monopolist biasanya memberlakukan price discrimination. Mungkin bisa Ibu pertimbangkan untuk memakai konsep ini dalam pengadaan izin tinggal. Siapa yang bayar mahal dia dapat pelayanan yang lebih cepat. Toh, biaya ini ditanggung oleh sponsor. Jadi sama-sama untung. Pelajar untung (cepat dapat izin tinggal), IND untung (bisa dapat uang lebih banyak), dan sponsor juga untung (mereka juga bisa dapat potongan pajak). Bagus toh?

Begitu dulu surat dari saya. Pepatah bilang, kalau ada sumur di ladang … eh salah Bu. Maksud saya, kalau ada cincin patahku jangan disimpan di dalam laci, kalau ada barang salahku jangan disimpan di dalam hati. Ceileeeeeh! Dadah, Ibu …

Hormat saya,
MB,
mantan teman kosnya Agnes, yang dapat lungsuran TV, tas sepeda dan pancuran air!

Notabene:
Bu, gosipnya Agnes udah ditawarin beasiswa sandwich untuk S3 di Groningen. Kejadian ini jangan terulang lagi ya bu. Janji lhooo!

Submitted by mia on Fri, 2006-07-14 10:19.
http://www.ppigroningen.nl/node/227

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home